Ulama Perlu Bernalar


Oleh Jalius HR, Dosen di FIP Universitas Negeri Padang.

Tulisan ini akan menjelaskan contoh kekeliruan sebagian ulama Islam memahami aturan yang ada di dalam kitab suci agamanya. Yakni tentang larangan memakan daging babi. Kekeliruan itu dapat kita temui di dalam sebuah artikel yang berjudul; Begini Al-Qur’an Menjelaskan Haramnya Daging Babi. Artikelnya dibawah ini di akses pada  Rabu 12 Safar 1434/ 26 December 2012.   Pukul 18:03 WIB.   Setelah membaca artikelnya akan dilanjutkan denga penjelasan tentang kekeliruannya.

PASTI Anda tahu babi. Ya, hewan yang senang tinggal di kubangan ini memang diharakan untuk dimakan oleh umat manusia. Yuk, kita simak firman Allah di ini, “Bahwasanya Allah telah mengharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi,” (Q.S. Al-Baqarah 2:173)

Penjelasan Ayat

Jika kita perhatikan ayat di atas, kita temui larangan untuk memakan daging babi, sebagaimana juga larangan memakan bangkai, darah, dan (daging) yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, sementara Dia membolehkan memakannya ketika dalam keadaan darurat saja. Pasti larangan ini memiliki  hikmah, dan apa pendapat ulama tentang hal tersebut?

Fakta Ilmiah

Menurut ulama dan ilmuwan, daging babi dapat melemahkan daya tahan tubuh dan rentan penyakit. Sebuah restoran yang sehat adalah restoran yang sama sekali tidak tersentuh oleh berbagai unsur daging babi. Siapa pun yang terbiasa mengkonsumsi daging babi ini maka ia akan menanggung dosa di kemudian hari. Para ulama menegaskan bahwa siapa pun yang mengkonsumsi daging hewan pemangsa,  ia cenderung bertabiat kasar dan  selalu berbuat jahat.

Sejumlah penelitian medis ilmiah telah menetapkan bahwa babi – dibandingkan semua jenis hewan yang ada- termasuk daging yang mengandung bahan berbahaya bagi tubuh manusia. Di antara penyakit yang muncul karena memakan babi adalah sebagai berikut:

  1. Penyakit parasit. Di antaranya adalah berkembangnya cacing spiral (termasuk cacing yang paing berbahaya bagi manusia). Semua daging babi pasti mengandung cacing ini. Biasanya cacing ini berkumpul dalam otot-otot, maka orang yang memakan daging babi bisa menderita sakit yang luar biasa dan bisa menyerang diafragma sehingga menyebabkan nafas terhenti,  kemudian mati.

  2. Cacing pita. Cacing pita memilki panjang hingga 10 kaki. Cacing ini bisa menyebabkan perut kejang-kejang dan darah rendah. Juga bisa menyebabkan adanya cacing di otak orang yang memakannya, begitu juga di dalam daging, hati, paru-paru, jeroan daging, dan lainnya.

  3. Cacing scars.   Cacing jenis ini bisa menyebabkan disfungsi pada paru-paru dan penyakit komplikasi pada pencernaan.

  4. Cacing Engcalostoma, Balharesia, Dosentaria. Cacing–cacing jenis ini bisa menyebabkan leukimia, pendarahan, dan penyakit lainnya yang bisa menyebabkan kematian.

  5. Cacing jenis lainnya yang ada di dalam babi yang jumlahnya lebih dari 30 jenis dan bervariasi tingkat bahayanya.

……………….”

Ada yang keliru dalam pemikiran penulis artikel.

Apa yang leru?  Jalius menjelaskannya sebagai berikut:

1.Di dalam Al Quran Allah hanya membuat larangan. Ayat yang dikutip adalah “Bahwasanya Allah telah mengharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi,” (Q.S. Al-Baqarah 2:173)

Tidak ada penjelasan tentang  apa alasan Allah memberikan larangan di dalam ayat tersebut.

2. Kutipan berikut “Para ulama menegaskan bahwa siapa pun yang mengkonsumsi daging hewan pemangsa,  ia cenderung bertabiat kasar dan  selalu berbuat jahat”. Apakah pernyataan itu merupakan sebuah hasil penelitian atau hanya sebuah dugaan belaka atau persangkaan jelek saja. Apakah penulis artikel atau ulama (yang yang dimaksud penulis artikel)   tersebut tidak memperhatikan umat yang lain ? Mereka mayoritas non Muslim semua mereka makan daging babi ? Apakah memang iya mereka itu cenderung kasar dan jahat semua? Bayangkan Muslim semua belum sampai 2 milyar dan Non Muslim sudah mayoritas 5 milyar lebih. Jika mereka kasar dan jahat semua apa kira yang terjadi? Mungkin yang akan mereka habiskan duluan dalam pembersihan etnis adalah komunitas Muslim.

3. Sejumlah penelitian medis ilmiah telah menetapkan bahwa babi – dibandingkan semua jenis hewan yang ada- termasuk daging yang mengandung bahan berbahaya bagi tubuh manusia. Penelitian medis ilmiah tersebut bukan penjelasan Allah didalam Al Quran. Akan tetapi adalah pemikiran penulisnya yang meng-atas namakan Al Quran (baca lagi judulnya).

4. Para Ahli menemukan berbagai jenis cacing yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Alangkah bodohnya “ulama” memahami, karena tidak mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi. Seakan-akan belum ada pengetahuan dan teknologi manusia di muka bumi ini tentang pengolahan daging babi untuk sehat dikonsumsi.

Jangan lupa… orang Muslim sangat banyak belajar tentang teknologi dan kesehatan kepada masyarakat yang mayoritas makan babi. Apak memang orang orang non muslim yang suka makan babi itu orang yang banyak cacingan ? dan orang muslin tidak?

Bagi kita sebagai orang yang beriman, Larangan Allah seperti itu hanya menuntut kepatuhan kita. Dalam hal ini Allah melarang bukan karena alasan seperti itu, Pada zaman dahulu Allah juga pernah mengharamkan onta dan belum mengharamkan babi. Jadi jangan dikira setelah babi dijangkiti oleh cacing lantas Allah mengeluarkan larangan. Jika kita beranalogi, bagaikan peraturan main sepak bola. Salah satu larangan di dalam permainan sepak bola adalah dilarang menyentuh bola dengan tangan. Jika ada pemain menyentuh bola dengan tangan kan tidak akan sakit atau ada bahaya yang akan menimpa dirinya. Cuma saja itu adalah larangan, larangan yang sangat tegas, namun disertai ada hukumannya…. yakni dilakukan tendangan bebas oleh pihak lawan main.

Jadi orang yang makan daging babi sama juga dengan makan daging sapi atau kerbau, jika sudah diolah sedemikian rupa sebelum dimakan…. ya kelak dia akan ada hukumannya yani dijerumuskan kedalam neraka.

Kira–kira seperti itulah kebodohan ulama (yang yang dimaksud penulis artikel) memperbodoh Umat. Oleh sebab itu ulama wajib bernalar secara baik untuk memahami Firman Allah. Di dalam Al Quran Allah sering mengulang firmanNya “ Apakah kamu tidak berpikir?”.

Tentang Jalius. HR
[slideshow id=3386706919809935387&w=160&h=150] Rumahku dan anakku [slideshow id=3098476543665295876&w=400&h=350]

3 Responses to Ulama Perlu Bernalar

  1. Rusydi says:

    Sdrku Jalius Hr yth. Tulisan sdrku bagus sekali. Terpikir oleh saya, apakah semua ulama begitu? Apakah penulis tulisan itu ulama? Memang ada tulisan menjabarkan akibat makan babi. Boleh2 saja sesuai dengan pemikirannya, tetapi menyimpulkan itu tulisan ulama, sehingga menyudutkan ulama, rasanya harus dipikirkan kembali. Seperti seorang Pendeta mengatakan siapa tidak mempercayai Yesus sebagai juruselamat, dia tdk akan selamat hidupnya. Apakah salah dia berkata begitu? Tidak salah karena begitu keyakinannya. Kalau ada orang mengatakan bila makan babi sifatnya suka menyungkur seperti babi. Apakah salah dia mengatakan begitu? Boleh2 saja. Mungkin tujuannya untuk nasihat menghindarkan sifat buruk, jangan seperti sifat babi, suka menyungkur, tidak masalah halal haram barangkali. Apa yang sdr katakan dalam tulisan ini, bagi saya masalah yang tdk perlu diperberat-beratkan. Oh ya. Sdr mengatakan bahwa Yesus dan Isa itu tdk sama orangnya. Apa alasan sdrku berkesimpulan demikian, tolong kemukakan. Saya sangat ingin mendengarkannya, karena pernyataan itu sama dengan keyakinan pendeta Kristen, bahwa Isa tdak sama dengan Yesus. Saya nanti. Tksh.

  2. Jalius. HR says:

    Terima kasih Pak Rusydi…telah berkenen membaca tulisan ini.
    Pertanyaan yang bpak ajukan juga perlu jawaban.

    Jawaban yang baik saya berikan sebagai berikut:
    1.Jika sudah dinyatakan bahwa tulisan saya “bagus sekali”…..cukup dipahami dan diterima dan saja dan tidk perlu pertanyaan berikutnya. Agar tidak menjadi ambiguitas pernyataan Bapak.

    2. Pada awal tulisan ini sudah saya sebutkan …”Tulisan ini akan menjelaskan contoh kekeliruan sebagian ulama Islam memahami aturan yang ada di dalam kitab suci…”
    tolong di pahami kata sebagian.

    3. Ingat judul artikel yang saya komentari Pak Rusydi : ” Begini Al-Qur’an Menjelaskan Haramnya Daging Babi “..
    Tidak ada penjelasan Al Quran tentang haramnya daging Babi, terutama tentang ” Sebab” atau alasan Allah membuat larangan.
    Yang ada di dalam Al Quran hanya larangan Allah memakan daging babi.

    4. Tolong bedakan mana sebab dan mana akibat.
    Apakah setelah diadakan peneitian (penemuan fakta ilmiah tersebut) Allah melarang memakan daging Babi ?

    5. Jika ada orang yang mnegatakan Sosok Nabi Isa as. sama dengan Yesus,….berarti juga mereka meyakini dan mengakui bahwa Nabi Isa as.meninggal di “Tiang Salib”. Berarti juga tidak mengakui bahwa Nabi Isa as. diangkat oleh Allah kehadiratNya.

    Sedangkan Allah telah berfirman:

    وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ ۚ
    وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا [٤:١٥٧]

    dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

    Tolong pahami saja secara baik ayat tersebut dengan penaralan yang baik.

    Wassalam Jalius.

  3. sayyid says:

    Assalamualaikum wr.wb,

    memang benar kata pak Jalius HR bahwa daging babi jika dimakan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yg membahayakan terutama penyakit darah , walaupan jaman sekarang ini sudah banyak jenis makanan yg disterilkan dianggap bebas penyakit.

    Sebenarnya para ahli kesehatan tau bahwa memakan daging babi dapat menimbulkan penyakit tetapi mengapa mereka masih konsumsi daging babi?

    Alquran diturunkan adalah sebagai rahmat untuk mereka yg mau mengambil pelajaran.

    wassalamualaikum wr.wb,

    ustadz sayyid habib yahya

Tinggalkan komentar